Mengupas Tentang Perbedaan Paradigma dalam Asesmen

Daftar Pustaka

perbedaan paradigma assesmen

Diberlakukanya kurikulum Merdeka pada tahun 2022, membawa paradigma baru dan disrupsi yang sangat besar dalam dunia pendidikan indonesia.

Pasalnya pada kurikulum anyar ini murid tidak lagi melaksanakan ujian akhir nasional seperti biasanya. Akan tetapi para siswa melakukan asesmen yang berlaku secara nasional sebagai penutup untuk menilai stndar pengajaran dan pendidikan di Lembaga sekolah.

Aseesmen menjadi indikator keberasilan Lembaga pedidikan dalam melakukan pengajaran didalamnya. Asesmen ini juga sangat bersifat komprehensif dimana bukan hanya menyajikan nilai yang didapat dari hasil pembelajaranya melainkan secara holistic memunculkan informasi yang berkaitan erat dengan pendidik, murid dan orangtua.

Hasil inilah yang menjadi modal untuk melakukan strategi pembelajaran kedepanya sehigga dihasilkan suatu pengalaman proses belajar mengajar yang optimal.

Asesmen dalam proses pengajaran

perbedaan paradigma assesmen

Dalam dunia pendidikan pengajara menjadi suatu yang tak terpisahkan dan menjadi unsur yang penting untuk mencapai kemajuan dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan memberikan beberapa informasi terkait hasil asesmen yang dilakukan oleh peserta didik.

Asesemen formatif merupakan salah satu komponen yang memiliki fungsi sebagai informasi terkait ketercaoauan pembelajaran yang diperoleh dari peserta didik. Hasil inilah yang nantinya akan dilakukan penarikan kesimpulan serta evaluasi terkait pengajaran yang dilakukan.

Semakin bagus nilai asesmen formatif maka semakin tinggi ketercapaian siswa dalam menyerap informasi dan mensintesiskan kedalam fikiran nyata. Selain itu, hasil ini dipakai untuk instrument dalam menentukan format pengajaran yang akan dilakukan pada tahun ajaran berikutnya.

Proyeksi Strength dan Weak (PSW)

Proyeksi yang biasa dilakukan oleh pendidik adalah dengan menerapkan proyeksi Srength and Weak (PSW).

Dimana dalam proyeksi ini akan tercermin di indikator mana peserta didik merasa kesulitan dalam menerima pembelajaran dan di indikator mana peserta didik merasa sangat mampu dan menguasai indikator pembelajaran itu.

Dari PWS sendiri maka akan disimpulkan desain pembelajaran baru dengan asumsi pertahankan yang baik dan tingkatkan indkator yang lemah. Hal tersebut dirasa cukup efektif karena akan terlihata bagaimana perkembangan peserta didik dari indikator-perindikator. Dan secara terus menerus melakukan evaluasi secara mingguan.

Hasil lain dari assemesn adalah bentuk asesemen sumatif yang berisikan hasil keselurah pencapaian kompetensi secara menyulurh.

Dalam proyeksi dari sumatif inilah akan menentukan kebijakan baru yang menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, peserta didik dan oenddik sehingga dihasilkan kebijakan yang bersifat komprehensif.

Prinsip paradigma

Tentunya dengan kurikulum merdeka yang baru, maka akan muncul paradigma baru dimana konsepsi dalam paradigma pendidikan hari ini adalah pentingnya kolaborasi dan integrasi antara indikator pembelajaran dan asesmen.

Prinsip pradigma dalam kurikulum ini adalah ketercapaian kompetensi sesuai dengan asesmen yang dijalankan. Tentu saja ini bukan hal yang sederhana, melainkan seluruh pihak harus mampu menuju kepada ketercapaian atas kinerja dari pendidikan itu sendiri.

Dalam paradigma baru kinerja pendidikan mencakup adanya proses belajar, tersedianya fasilitas, manajemen kelembagaan yang baik, lingkungan yang baik untuk belajar dan tidak terbatasnya cara untuk belajar .

Growth Mindset dalam Paradigma Baru

Selanjutnya asesmen menjadi bagian terintegrasi dalam proses pendidikan hingga ketersediaan fasilitas yang menyokong pendidikan. Hal ini menjadi penting karena prinsip kurikulum merdeka sendiri menerapkan growth mindset yang mengasumsikan bahwa proses pembelajaran lebih pentig daripada hasil akhir.

Hal ini berarti bahwa capaian pembelajaran memiliki posisi yang penting dalam paradigma baru ini. Peserta didik diharapkan mampu melakukan proyeksi, refleksi serta evaluasi diri selama proses belajar.

Setidaknya capaian pembelajaran dilihat dalam 3 aspek yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Setiap jenjang memiliki cara yag berbeda untuk melakukan asesmen. Sebagai contoh di tingkat dasar asesmen dilakukan tidak dengan cara tertulis, melainkan melalui pengamatan yang endalam terkait dengan peserta didik.

Semakin tinggi tingkatan pendidikan, maka pendekatan yang dilakukan akan berbeda. Hal ini terjadi karena asesmen dilakukan untuk melihat peserta didik sebagai individu yang kompetensinya akan diuji.

Apalagi jika bersekolah pada jenjang atas yang memiliki ke khasan pada jenjang SMK yang nantinya akan diuji sesuai dengan bidang masing-masing dan praktek nyata dilapangan.

Kesimpulanya adalah paradigma baru pada dunia pendidikan memberikan keleluasan ruang yang diseusaikan dengan keadaan dan kebutuhan dari lembaga pendidikan. Pendekatan secara individual dilakukan unutk membentuk peserta didik yang kompeten serta berkesinambungan dengan kebutuhan zaman.

Bagikan:

Also Read